RSS
Sekedar hasil ketikan Tangan melalui Keyboard yang dapat terbaca melalui layar .. besar harapan sesuai Niatku .. Memberikan suatu perubahan atas keganjilan yang ada .. Dan Kemudian semua itu lebur menjadi satu ..

Badut - Badut ber-Lencana

Oleh : Rafael Miku Beding “Bank”

Prittt .. priittt .. Prittt ..

Suara pluit terdengar dari seberang jalan. Saat itu aku berada di bundaran UNPAM (sebuah Universitas di Pamulang). Duduk santai menunggu KTP yang sedang dalam proses laminating, di toko fotocopian langgananku. Waktu kira-kira menunjukan pukul 6 petang.

Suasana ramai. Aku tahu, itu pertigaan yang ditengahnya terdapat konstruksi bangunan yang dalam tahap membentuk sebuah air mancur. Padat merayap kendaraan dari ketiga arah tersebut. Angkot, mobil pribadi, sepedah motor, rombongan anak SMA yang saat itu bertepatan dengan jam bubaran sekolah, belum lagi orang-orang lain yang lalu lalang disekitar situ.

Ada seseorang diacuhkan begitu saja, mengenakan setelan kemeja dan celana bahan cokelat muda dan cokelat tua, banyak lencana memberatkan kemejanya. Tidak ada tampang gagah sedikitpun. Gendut bukan six pack, tangan kiri memegang pluit sambil meniup-niupkannya entah dengan tujuan apa? Aku rasa tidak ada yang menghiraukannya. Tangan kanannya yang melambai-lambai ke kanan, ke kiri, ke belakang sangatlah mirip dengan boneka hokben (yg warna merah dan biru) yang hanya diam di depan hokben dengan tangan kanan bergerak berulang-ulang ke depan dan kebelakang.

Apakah dia aparat penegak hukum yang seharusnya dibanggakan dan disegani oleh masyarakat? Rasa-rasanya tidak. Kurang lebih 10 menit aku terus memandanginya dari seberang jalan. Namun tetap saja. Aku merasa tidak ada pengaruhnya dia berdiri di detengah jalan, yang lebih ironi lagi ada motor yang dengan sengaja berjalan di jalur yang salah, dia hanya melihat saja.

Sempat memikirkan, lalu apa kerjaan mereka ? aku berdiri sejenak, merasa iba melihat dia ditengah bagaikan badut. Aku menengok kepala ke arah kanan, kaget bukan main. Ternyata ada juga yang berseragam sama dengannya. Yang dengan santai tanpa bertindak apa-apa, dari pinggir trotoar, dengan menggunakan walkie talkienya berbicara tidak jelas sambil ketawa-ketiwi. Entah apa yang dibicarakannya. Yang jelas, dia juga badut.

Mobil, angkot, motor, orang yang tadinya berseliweran dimana-mana kini mulai berkurang, tetap saja aku merasa bukan karena si badut tadi. Tapi karena emang suasana udah terkendali dengan sendirinya.

Ini hanya dari pengamatanku. Semakin tidak respect aku dengan aparat penegak hukum berseragam cokelat tersebut. Sampah. Mereka badut. Apalagi sebelumnya aku barusan dari rumah temanku, membaca mengenai “Rekening Si Gendut,” siapa lagi kalau bukan atasan dua badut yang aku lihat tadi.

Banyak transaksi-transaksi yang dilakukan diatas 10 miliyar, entah untuk kebutuhan apa, sangat tidak jelas. Sangatlah tidak mungkin transaksi tersebut dilakukan dengan mengintip penghasilan para petinggi-petinggi badut tadi kurang lebih 22 juta perbulan.

Sungguh amat #Ironi. Aparat penegak hukum menjadi bahan ledekan oleh masyarakat. Salah satunya melalui tulisan ini, ini konstruktif bukan destruktif. Amat menyayangkan kalau seekor Garuda yang gagah perkasa kehilangan sayapnya. Garuda tersebut tidak akan menunjukan kepakan sayapnya yang lebar di angkasa apabila kita pandangi saat si garuda terbang, kepakan sayapnya yang lebar seakan menunjukan kalau dia gagah perkasa.

Aparat penegak Hukum bukanlah tempat bertumpuknya segala olok-olokan, bertumpuknya segala kasus dan perkara tanpa duduk penyelesaian yang jelas. Malu dengan pistol yang berada di pinggang anda, malu dengan lencana yang memberatkan kemeja anda, malu pada topi yang khas di kepala anda, malu dengan pluit yang biasa kena air ludah anda, dan malu pada janji yang anda ucapkan untuk menegakkan hukum di negara ini dan mengayomi masyarakat.

Lembaga aparatur penegak hukum yang satu ini, tercatat sebagai lembaga yang terkorup di tahun 2010. Apakah di tahun 2011 ini posisinya akan bergeser, ataukah akan tetap mempertahankan posisinya ? kita tunggu saja, apakah pertunjukan para badut-badut ber-lencana ini suskses merebut hati di masyarakat. Apakah rakyat merasa semakin jauh dari mereka ? tinggal tunggu saja di penghujung Tahun 2011 nanti.

Saya apatis dengan semua badut berbaju cokelat dan berlencana di negara ini. Sedikit harapan saya saya taruhkan “bahwa mereka bukan Badut !”

(telah dipost-kan terlebih dahulu di kompasiana)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment