RSS
Sekedar hasil ketikan Tangan melalui Keyboard yang dapat terbaca melalui layar .. besar harapan sesuai Niatku .. Memberikan suatu perubahan atas keganjilan yang ada .. Dan Kemudian semua itu lebur menjadi satu ..

#Etalase (Script Teater)

Lama tak mengisi. sekedar menengok keadaanmu, untuk mengantarkan satu teman baru buat kalian.

Sebuah persembahan spesial untuk "Kamu .."

dan juga buat kalian yang aku sebut. terima kasih sudah terlibat dalam pementasan : Oksu, Gusti, Violleta, Aldy, Nana, NRS, Nandya, Feby, Bunga, Angel, Gadis, Eben, FelJod, Fenny, Fu Yen, Alung, Indri.

Love "you" all .. kelompok dua Teater KataK ..




#Etalase

Bank Raff Beding 25/09/2011



Gadis :

(sambil berjalan memasuki panggung)

“Aku Gadis, Usia ku muda. Tapi tak mudah, bertualang di negeri yang asing ini. Semuanya tampak baru. Aku berada di sini, di luar mauku, sebatas ingin mengenal dunia baru. Sebatas ingin membuktikan apakah benar petuah: Tak Kenal, Maka Tak Sayang.”

(Tiba-tiba, datang sekerumunan warga mengejar seorang maling jemuran, dan langsung menghakimi si maling)

Masyarakat :

“Hei .. hei kamu maling. Maling biadab. Seenak jidad nyolong pakaian orang saja. Kalau butuh, ya belilah. Kalau ga punya duit, ya mintalah. Jangan nyolong !!”

Maling :

“Ampun, ampuni saya. Saya memang terdesak dan butuh uang. Pakaian ini bukan mau saya pergunakan, tapi mau saya jual. Saya butuh uang. Anak saya terkena penyakit demam tinggi, saya tidak mampu untuk membelikannya obat. Ampuni saya ..”

(Masyarakat beserta maling, masuk ke dalam etalase 1. Kembali melanjutkan dengan pantomim)

Gadis :

“Ini namanya Main hakim sendiri, siapa yang kuat dia yang menang, ya sebut saja hukum rimba. Masyarakat begini cenderung pakai kekuatan fisik untuk nyelesein masalahnya kaytak gini daripada pakai jalur meja hijau yang menurut mereka nggak efektif.”

(Gadis kembali melanjutkan perjalanan, panas terik, perlahan gadis mulai merasakan kelelahan. Gadis memutuskan untuk istirahat sejenak. Dari kejauahan mulai nampak pengemis.)

------------

Pengemis :

“Bu ... Bu ... minta uang, Bu. Belum makan tiga hari, Bu.”

Orang Kaya 1 :

“Aduh, apaan sih .. kotor, jorok, jijik. Dekil. Bau .. pergi sana! Bodo amat! Aku tidak punya duit!”

Orang Kaya 2: (Sambil mengeluarkan roti dari tasnya)

Pengemis :

“Ibu .. Ibu .. Tolonglah Bu, Kalau tidak ada uang, kasih aku roti yang ada di tangan itu lho, Bu. Aku lapar, Bu ... Suer!”

Orang Kaya 2 :

“Aduh .. apaan sih nih. Sana pergi jauh-jauh. Najis kamu. Hina. Pergi. Aku tidak punya roti buat kamu.”

Orang Kaya 1: (Mengeluarkan Botol Air Minum)

Pengemis :

“Ibu .. Ibu .. Tolonglah..., kalau kau tidak ada uang, tidak ada roti, oke. Kasilah aku air yang ibu pegang itu, Bu. Aku sungguh ingin melepas dahaga. Tolong aku ibu.”

Orang Kaya 1 :

“Tidak ada ! kamu tuh ya. Aku sudah bilang dari tadi tidak, ya tidak! Jangan melunjak. Tidak ada pokoknya. Sudah sana, pergi-pergi.”

Pengemis :

“Ternyata. Mari .. ikut bersama saya, ikut ngemis bareng saya. Tidak aku sangka, karena Ibu berdua, lebih miskin daripada saya. Semuanya tidak punya.”

(Maling dan dua orang kaya masuk ke etalase 2. Melanjutkan dengan pantomim. Gadis kembali melanjutkan perjalanan)

Gadis :

“Miris melihatnya. Negara ini nampaknya melahirkan banyak orang-orang yang egois. Dan yang parahnya sampai-sampai terjebak dalam ke-glamouran dunia, lalu lupa dengan sekeliling. Bagaimana mungkin negara ini menjadi lebih indah, jika tiap diberi kesempatan beramal kita justru menjadi skeptis dengan keadaan mereka ?”

(Tiba-tiba datang dua kubu yang saling bersiteru. Marah, emosi, Gadis pun berusaha menghindar.)

Ras Putih :

“hey .. kalian ras gelap. Tunduklah kepada kami. Kami ras pekerja keras, tidak seperti kalian, ras malas. Ras budak. Hanya tahu menuntut tanpa mau bekerja keras. Yang dibutuhkan untuk mengembangkan negara ini hanya kami ras pekerja keras.”

Ras Hitam :

“jaga mulut kalian. Kalian ras pendatang. Kami ras pribumi. Tidak ada tempat untuk kalian yang mencoba memperbudak kami. Kami tidak butuh kalian. Kami tidak butuh benalu-benalu biadab seperti kalian. Mengeksploitasi segala sumber daya yang ada di kami. Enyah kalian !!”

(Ribut sejanak, lalu seperti adegan 1,2. Kedua kubu masuk ke etalase 3, kembali melanjutkan dengan pantomim)

Gadis :

Rasisme, ya rasisme .. dalam berbagai bentuk dan tingkatan, merupakan bencana yang melanda umat manusia selama ribuan tahun. Sejak dahulu, sampai yang barusan dilihat. Ini baru salah satu hal pemicu perpecahan, masih banyak hal yang lainnya. Terlepas dari semua itu, nampaknya negara ini perlu menyadarkan bahwa yang menghuni negara ini tidaklah berseragam sama semua.”

-------------------

(Gadis duduk istirahat melepas lelah di pinggir panggung.. Tidak lama datang 1/2orang lengkap dengan atribut supporter bola datang membawa tv. Meletakan TV di tengah. )

Bola :

(percakapan sederhana seputar sepak bola. Lakon dalam etalase terhenti, semua mata tertuju pada televisi ingin tahu. Satu persatu pelakon meninggalkan etalase ikut nonton bareng. Semua seru memberi semangat )

(Tiba-tiba) GOOOOOOLLLLLLLLLL !!!!!!!!! (Semua meloncat girang, Semua saling bersalaman, tosan Semua saling berpelukan. Sesaat lalu Freeze)

Gadis :

(Keluar dari kerumunan pelakon yang freeze)

“Lihat,”

Gadis :

“benar, aku jadi mengenal apa yang ada di negri ini.

“Negeri ini memang masih jauh dari ideal. Namun nampaknya perjalanan bangsa ini sudah menorehkan sejarah panjang. Persoalan negeri ini memang masih banyak.

Negeri ini punya masa depan menjadi bangsa besar, tentu lewat persatuan semacam ini. Sepak bola hanya sebuah contoh kecil, Masih banyak lagi yang mampu mempersatukan kita. Selebihnya aku hanya berharap pada jiwa-jiwa baik di negri ini.

Karena memang baik menjadi orang penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik.”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment