RSS
Sekedar hasil ketikan Tangan melalui Keyboard yang dapat terbaca melalui layar .. besar harapan sesuai Niatku .. Memberikan suatu perubahan atas keganjilan yang ada .. Dan Kemudian semua itu lebur menjadi satu ..

Revolusi Mesir, Harga Mati perjuangan 18 hari

NB : diposting sebagai database. sebelumnya sudah dipost ke kompasiana dan ke TitikKoma
( http://www.cacatstore.com/titik%20koma/ )


Tidak ada istilah telat untuk sejarah. Karena hal-hal yang berbau sejarah selalu aktual untuk diperbincangkan. Menjadi sebuah bahan reunian, ketika hingga di suatu titik kita akan kembali melihat kebelakang, kembali melihat rentetan peristiwa yang dahulu pernah dilewati.

Masih ingatkah kita dengan sejarah warga Jerman yang meruntuhkan tembok Berlin ? atau tidak kisah perjuangan “Satyagraha” ala Mahatma Gandhi dalam memimpin kemerdekaan di India ? atau bahkan perjuangan di era “98” yang terjadi di Indonesia, yang menuntut adanya reformasi dengan menggulingkan rezim otoriter Soeharto ? semua itu dilakukan demi adanya sebuah revolusi. Dan revolusi yang saya bicarakan ini, merupakan irisan dari rangkaian sejarah dunia.

Wikipedia menjelaskan bahwasannya Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat . Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Intinya satu, revolusi adalah fase kritis dimana sekumpulan orang menutut kebebasan mereka yang selama ini telah dirampas.

Mesir telah berhasil dan sukses melewati fase kritis itu. Berjuang 18 hari menuntut mundur rezim Mubarak. Perjuangan masyarakat negeri piramida ini, tidak akan lepas dari adanya kesepahaman antara satu dengan yang lainnya “untuk menuntut adanya pemerintahan yang demokratis. Bukan otoriter yang mengekang kebebasan tiap individu di negeri mereka sendiri.”

Hosni Mubarak telah memipin Mesir selama 30 tahun. Selama itu pula, ia sibuk mengkonsolidasi kekuasaannya seraya memupuk kleptokrasi di antara kroninya, lalu lupa akan amanat rakyat. Rakyat Mesir Hidup dibawah tekanan, intel pemerintahan berkeliaran dimana-mana, Mubarak juga selalu mengunci perbedaan pendapat yang ada dengan melenyapkan kaum oposisi. Dan parahnya lagi lebih dari 40 persen rakyat mesir hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 2 per hari.

Siapa yang bakal menyangka kalau di negeri yang berpopulasi kurang lebih 80,5 juta jiwa itu, berani mengabaikan jam malam, menghadang tank, mengepung markas besar partai berkuasa, dan membalas serangan para harafreesh atau preman bayaran yang berpura-pura pro-Mubarak. Semua itu dilakukan demi mengakhiri rezim otoriter sang mubarak. Dukungan melengserkan Mubarak juga datang dari Amerika Serikat, yang menjadikan Mesir sekutu terpentingnya di Timur Tengah. Dukungan terasa dari campur tangan pemerintah Amerika Serikat dalam usulan untuk menciptakan pemerintahan transisi.

Pergolakan yang terjadi di Mesir, memang merupakan salah satu rangkaian dari revolusi domino di Timur Tengah, yang bermula dari Tunisia setelah berhasil menggulingkan Zein al-Abidine Ben Ali. Di lain tempat, terdengar bahwa Yaman juga mulai menuntut sang presiden Ali Abdullah Saleh untuk turun. Tidak hanya yaman, teriakan “Boutefika Out!” juga terdengar lantang di Aljazair menutut mundur sang presiden Abdelaziz Boutefika. Iran pun juga sama, sudah muncul tokoh-tokoh yang menuntut pemerintah yang dipandang semena-mena terhadap kekuasaannya. Negara-negara yang menuntut revolusi, umunya berlandaskan ingin merasakan demokrasi yang sesungguhnya.

Berkuasa lebih dari 3 dekade membuat mubarak tenggelam dalam kekayaannya. Dikabarkan menurut majalah Forbes, Mubarak memiliki timbunan kekayaan melebihi orang terkaya di dunia, Carlos Slim asal Meksiko. Jelas dan Kontras terlihat ketika melihat kekayaan Mubarak yang mencapai US$ 70 miliyar disandingkan dengan keadaan Mesir yang kronis akan kemiskinannya, mulai dari pedesaan sampai ke perkotaan. Untuk dapat hidup, kaum melarat harus membanting tulang di jalanan, di pasar-pasar; mengantri dalam pembagian roti, seraya terus menaruh harapan semu “dapat memperoleh pekerjaan.”

Di pertengahan perjuangan rakyat dalam pemakdzulan Mubarak. Rakyat ternyata mendapat dukungan penuh dari Militer Mesir, dan perlu dicatat bahwasannya Militer di Mesir merupakan kaki tangan dari Mubarak. Mubarak sekarat, Kritis di ambang kejatuhan ketika Militer Mesir mengultimatum Mubarak “Legitimasi tuntutan rakyat, dan berjanji tidak akan melukai demonstran.” menambah miris ketika mengetahui bahwa media juga berperan aktif dalam mendukung usaha pemakdzulan Mubarak. Media di Mesir yang dilihat sebagai tempat mencitrakan ‘semua kebaikan jalannya roda pemerintahan Mubarak’ akhirnya membelot. Nil Tv yang dikenal sebagai Stasiun pencitraan pemerintah menjadi pro dengan demonstran, Nil Tv berjuang dengan selalu menyoroti aksi perjuangan para demonstran.

“Tua-tua kedali” Makin tua, makin menjadi. Itulah ungkapan yang tepat ditujukan kepada Hosni Mubarak yang akhirnya dimakdzulkan oleh rakyatnya di usianya yang ke 82 tahun. Di detik-detik terakhir menjelang meninggalkan tampuk kekuasaannya, semakin terkesan bahwa ia masih bisa bertahan terhadap gempuran rakyat yang ingin memukul jatuh dia. Bermula dari ingin mewarisi mahkota pemerintahan kepda anaknya, yang menuai banyak kritikan pedas, berlanjut dengan berjanji kepada rakyatnya bahwa “akan merubah bentuk pemerintahan ke arah yang reformasi, namun lagi-lagi dianggap warga hanya tipu muslihat semata, rakyat menolak lagi.

Tidak berhenti sampai disitu. Mubarak pantang menyerah. Usahanya terakhir yang paling menggelitik perut adalah dengan mengangkat Omar Suleiman yang awalnya menjabat sebagai kepala intelegen menjadi wakil presiden, dan juga mengangkat Ahmad Shafiq yang awalnya menjabat sebagai menteri angkatan udara menjadi perdana menteri. Namun lagi-lagi, rakyat tetap tidak padam semangatnya untuk menggulingkan Mubarak. “Itu Hanya Boneka-boneka buatan Mubarak !!” ucap demonstran menanggapinya.

Namun kini, kita bisa melihat awan cerah menghiasi pemandangan Mesir. Mesir dapat tersenyum sekarang. Perjuangan panjang yang awalnya hanya berasal dari pergolakan di Tunisia, berlanjut ke dukungan sejuta umat melalui jejaring sosial, menaklukan militer mesir, melawan harafeesh, berkemah massal di Tahir Square kairo, sampai ke darah-darah demonstran yang terluka parah sampai tewas di tempat semua demi satu kata. “REVOLUSI”

Apa yang telah terjadi di Mesir, perlu mendapatkan “big applause” dari kita semua. Mengusung tema, berjuang demi terwujudnya pemerintahan yang “Demokrasi” tidaklah gampang terwujud tanpa usaha yang keras. Mesir kini sudah mengukir sejarah baru dalam sejarah hidupnya. Angin perubahan terasa, bahwa konsep negara bukanlah hanya milik dari satu orang saja, melainkan milik seluruh penghuni di negara itu.

Negara bukanlah boneka. Yang dapat dimainkan begitu saja oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan wakil rakyat. Perlu dibedakan mana yang bekerja dengan tulus untuk negara ini, dengan mana yang bekerja dengan tulus untuk mendongkrak naik status sosialnya.

Sebelum mengakhiri tulisan ini. Saya ingin memberikan sedikit ilustrasi, yang saya kutib dari film komedi “Harold and Kumar (Escape From Guantanamo Bay)” yang saya rubah sedikit.

Kumar betanya kepada seorang presiden : “dengan segala apa yang telah terjadi, apakah kita masih harus percaya kepada pemerintah ?”

Jawab sang Presiden : “Percaya kepada Pemerintah ? saya adalah pemerintah, dan saya sendiri tidak mempercayainya.”

Sang Presiden Kembali Menasehati : “Kau tidak harus percaya kepada pemerintahmu, untuk menjadi seorang warga negara yang baik. Kau Hanya Perlu Percaya kepada Negaramu.”

Prinsip “Vox Populi vox Dei” harus berlaku di setiap Negara. Terima Kasih ..

Salam Revolusi :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Post a Comment